Begini, shisha merupakan sebuah “gaya” merokok dari Timur Tengah. Memiliki nama lain seperti Nargilla, Hubby-Bubly (imut ya? ), atau Hooka. Perbedaan mencolok antara shisha dengan rokok terletak pada “cara penyajian” tembakau-nya. Jika rokok dilinting, sedang sisha menggunakan tembakau basah yang dimasukkan ke dalam tabung khusus yang memiliki selang lentur.
Yang unik, shisha ini memiliki beraneka rasa, seperti strawberry, apel, cherry dll. Nah, jika belum dicampur dengan rasa apapun disebut Jahloul (warnanya kehitam-hitaman). Katanya sih, sama halnya dengan rokok, bagi yang belum terbiasa, menghisap shisha dapat mengakibatkan pusing dan kantong kering. Asap yang dihasilkan shisha juga lebih tebal dan kental dibanding asap rokok.
Dibeberapa media blogosphere (blog-blog), ada yang mengatakan:
Dari segi medis, shisha lebih alami dibanding rokok biasa; tidak ada campuran bahan kimiawi, kandungan nikotinnya 0.05 mg dan tidak mengandung tar.
Katanya sih dari dokter ahli. Namun setelah ditelusuri, tidak ditemukan siapa nama dokter ahli tersebut. Dengan kata lain, keterangan di atas tidak bisa dinyatakan valid.
Oke, sekarang pandangan versi yang agak berbeda dan menakutkan terhadap shisha. Hasil penelitian laboratorium nasional Prancis, Laboratoire National d’Essais (LNE), yang disampaikan oleh Agen Antitembakau Prancis (OFT) bahwa:
Kandungan karbon monoksida saat menghisap 1 shisha setara dengan 15 hingga 52 batang rokok (kalau pemikiran logis, masa iya asap shisha yang lebih tebal dan pekat dikatakan lebih aman dari rokok?). Kandungan tar 1 shisha setara dengan 27 hingga 102 batang rokok
Laporan tersebut juga menyatakan bahwa shisha merupakan sumber utama polusi udara di area tertutup dan sekitarnya.
1 hisapan shisha setara dengan sekitar 70 hisapan rokok (Presiden OFT Bertrand Dautzenberg, 2007)
Nah, yang mana yang benar? Memang, shisha memiliki 3 tipe. Tipe pertama memiliki karbon ringan berjumlah sedikit. Tipe kedua memiliki karbon ringan berjumlah banyak dan tipe ketiga, shisha dengan karbon alami bervolume sedikit. Penelitian tersebut menggunakan 3 parameter sebagai ukuran perbandingan dengan rokok, seperti jumlah tar, karbon monoksida, dan nikotin.
Katanya detik.com, untuk 70 Liter asap yang yang diproduksi shisha, tar yang terkandung pada tipe 1 adalah 319 miligram, atau 32 kali melewati batas yang ditetapkan Eropa untuk sebatang rokok. Sementara shisha 2 mengandung tar 266 miligram, atau 27 kali melebihi batas rokok. Sedangkan shisha tipe 3 mengandung tar 1.023 miligram, atau 102 kali melebihi batas rokok. Karbon monoksida yang terkandung pada shisha tipe 1 yakni 17 kali melebihi batas rokok, tipe 2 sebanyak 15 kali, dan tipe 3 sebanyak 52 kali. Kadar nikotin yang terkandung pada shisha tipe 1 dan 2 setara dengan sebatang rokok, sedangkan tipe 3 setara dengan 6 batang rokok.
Nah, meskipun shisha memang dinikmati secara “beramai-ramai”, sepertinya harus pikir-pikir lagi untuk menghisap shisha. Ada yang mengetahui informasi lain? Penulis juga tidak pernah menghisap shisha. Kalau rokok sih pernah sering
Bukan bermaksud menceramahi ya.. Hanya ingin berbagi informasi. Salah Khilaf Mohon Maaf. Kritik yang membangun tentunya sangat diharapkan untuk tulisan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar